Powered By Blogger

Sabtu, 20 September 2014

Pangdam III/Siliwangi Sholat Ied di Makodam III/Slw bersama Pimpinan Pesantren Al-Ihsan Cibiru Hilir

02 2011, 09:26:20 WIB
      Pangdam III/Siliwangi Mayjen TNI M. Munir beserta istri Ny. Lia M. Munir dan keluarga melaksanakan sholat Iedul Fithri di Lapangan Apel Makodam III/Siliwangi Jl. Aceh 69 Bandung, hari Rabu (31/8), bertindak sebagai imam/khotib Sholat Ied KH. Tantan Taqiyuddin, LC.  Pimpinan Ponpes Al Ihsan Cibiru Hilir Kab Bandung.
      Selain dihadiri oleh Pangdam III/Siliwangi Sholat Ied di makodam III/Siliwangi juga dihadiri oleh Kasdam III/Slw,  para asisten dan kabalak jajaran Kodam III/Slw beserta segenap anggota dan ribuan warga masyarakat di sekitar kompleks Makodam III/Siliwangi.
      Thema Sholat Ied yang diangkat Kodam III/Slw adalah : "Dengan Hikmah Puasa Ramadhan dan Iedul Fithri 1432 H/2011 M Kita Mantapkan Disiplin dan Profesionalisme Prajurit TNI Dalam Upaya Meningkatkan Kualitas Pengabdian Kepada Bangsa dan Negara."
      Sementara itu KH. Tantan Taqiyuddin, LC dalam khotbahnya mengungkapkan hakikat makna Iedul Fithri, yang menurutnya kata Id artinya kembali dan Fithri berarti kesucian. Dengan demikian Iedul Fithri artinya kembali kepada kesucian.
      Lebih jauh KH. Tantan menjelaskan bahwa kesucian yang kita tuju pada proses kembali adalah didasarkan pada tiga hal, yakni pertama mentaati perintah untuk selalu menghadapkan diri pada agama yang hanif. Kedua, manusia diciptakan dari atas fithrah yang tak akan berubah. Dan ketiga jumlah manusia yang sadar akan kedua hal tersebut sangat sedikit, hal tersebut menurutya dijelaskan dalam QS. Ar-ruum ayat 30.
      Seusai melaksanakan Sholat Ied Pangdam III/Slw berserta keluarga melakukan silaturahmi dan bersalam-salaman dengan seluruh jamaah yang pada kesempatan itu hadir bersama melaksanakan sholat ied di lapangan Makodam III/Siliwangi. (Pendam III/Slw).    

LOGO PESANTREN AL-IHSAN CIBIRU HILIR BANDUNG


Jumat, 19 September 2014

Andi Hidayat: Pelaksanaan Kufu dalam Perkawinan di Pondok Pesantren Al-Ihsan Cibiru Hilir Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung.
02.08.2012 | 5:00 AMBiro Skripsi0
Skripsi (Abstrak):
Seiring dengan berkembangnya peran pendidikan di zaman modern, dunia pesantren sebagai lembaga yang sudah lama berdiri di tengah-tengah masyarakat, tentunya memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap berkembangnya ilmu pengetahuan. Sebagai pimpinan yang berpengaruh dilingkungannya KH. Tantan Taqiyudin, memberikan fatwa terhadap santrinya tentang suatu pemahaman akan sebuah tradisi di Pondok Pesantren. Dalam hal ini, kufu atau kesetaraan dalam perkawinan dijadikan sebagai tradisi Pesantren, ini menjadikan langkah awal dalam persiapan pra perkawinan yang hendak dilakukan.
Tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui tentang bagaimana konsep kufu dalam perkawinan menurut tradisi di Pondok Pesantren, serta mengetahui implikasi kufu sebagai tradisi Pesantren terhadap pemahan santri, kemudian untuk megetahui aplikasi kufu dalam perkawinan di pondok Pesantren.
Metode yang dipakai penulis dalam penelitian ini menggunakan metode studi kasus yang mendeskripsikan suatu satuan analisis yang utuh, sebagai suatu kesatuan yang terintegrasi. Dalam hal ini menguraikan tentang peran seorang tokoh yang mengeluarkan kebijakan khusus terhadap santrinya, yaitu sebuah konsep kufu sebagai tradisi di Pondok Pesantren Al-Ihsan Cibiru Hilir Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung.
Kufu dalam perkawinan menurut tradisi di Pondok pesantren Al-Ihsan adalah kesamaan atau kesetaraan suami dan isteri, dalam hal ini tentunya antara santri puteri dengan santri putera yang ada di lingkungan pondok Pesantren Al-Ihsan. Maksud sama disini yaitu sama dalam hal keagamaan, pola pikir, kesamaan kebiasaan, sifat masig-masing, dan kesetaraan dalam tingkat sosial ekonomi. Dasar Hukum yang digunakan yaitu Al-Quran Surat Al-Hujurat Ayat 13, yang maksud dari ayat itu keagamaan dan ketakwaan lah yang menjadi tolak ukur utama dalam menentukan seseorang setara/kufu atau tidaknya, selain hal lain yang menjadi penunjangnya.
Dalam hal ini, santri memahami akan anjuran seorang yang berpengaruh di lingkungan pondok Pesantren sebagai stimulan positif yang mereka terima. Mereka meyakini fatwa ini merupakan sunnah atau tradisi di Pondok Pesantren, tentunya maksud dari tradisi ini agar santri tidak mendapat kesenjangan terlalu jauh, yang akhirnya mendukung kebahagiaan rumah tangga.
Pada prakteknya, penerapan kufu dalam perkawinan yang terjadi di Pondok Pesantren Al-Ihsan berawal dari perkenalan/ taaruf kemudian dalam istilah perkawinan Islam dikenal dengan khitbah. Konsepnya kembali kepada ajaran Islam, yakni ajaran Al-Quran dan As-sunnah. Dalam prakteknya, penerapan kufu yang diberlakukan khusus kepada santrinya ini diawali dari pemahaman dan doktrin yang diberikan oleh pimpinan Pondok Pesantren kepada santrinya melalui media pendidikan (pengajian), dan pertemuan-pertemuan lain di lingkungan Pondok Pesantren

PEMILU RAYA AL-IHSAN

Dari tahun ke tahun pergantian presiden dan kabinetnya telah menjadi tradisi politik di Pondok Pesantren Al-Ihsan. Pemilu Raya Santri (PRS) adalah hal terpenting dalam perubahan tatanan pemerintahan OSPAI. Suara masyarakat Al-Ihsan merupakan komponen pokok untuk menentukan masa depan Al-Ihsan selanjutnya, maka dari itu pada hari Selasa (0112’09) malam, ratusan santri berdesakan di aula Ponpes Al – Ihsan. Mereka terlihat sibuk bergantian keluar masuk aula guna ikut berpartisipasi menyalurkan hak pilih sebagai santri dalam pemilihan presiden “ Pemilu Raya Santri” masa periode 2009 – 2010. ”Moment ini sangat penting tentunya, kita jangan asal milih, soalnya presiden baru akan membawa Al-Ihsan kearah yang lebih baik, so saya akan memilih calon presiden yang saya anggap punya basic pesantren yang kuat”, Ujar salah satu santri Aspi satu.
Proses pemilihan terbilang efektif dilihat dari cukup singkatnya waktu yang terpakai. Kedua calon sama-sama mempunyai potensi yang luar biasa sehingga kalau diunggulkan, dilihat dari seluruh aspek sangat sulit. Berdasarkan hasil perhitungan suara, dari 392 santri yang memilih, Aab Abdul Wahab muncul sebagai presiden terpilih tahun ini dengan unggul 170 suara dibandingkan Elan Jaelani Siddiq yang mendapat 163 suara, selebihnya terdapat 59 suara tidak sah. Panitia PRS mengungkapkan bahwa suara yang tidak sah itu disebabkan banyak santri yang mencontreng di luar kotak atau melebihi kotak, sedangkan di sana (kartu pemilihan suara-red) sudah dicantumkan peraturannya bahwa bila mencontreng di luar garis dianggap tidak sah. Hal tersebut berlawanan dengan apa yang diungkapkan oleh Sandi, gubernur Aspa satu. Ketidaksahan tersebut dikarenakan peraturan tidak jelas sehingga pemilih (santri-red) kurang mengerti bagaimana mencontreng yang benar. Selain itu juga tidak ada peraturan yang tertulis tentang kriteria pecontrengan yang sah dan yang tidak sah. Hal itu disebabkan kurangnya sosialisasi panitia terhadap santri, dan panitia kurang begitu siap dalam proses Pemilu Raya Santri.
Pemilu Raya Santri (PRS) ini disambut dengan antusiasme santri yang begitu tinggi, walaupun mereka rela berdesak-desakan menunggu antrian tapi hal tersebut tak mengurangi semangat mereka untuk ikut andil dalam pemilihan presiden ini. Hanya saja ada satu hal yang dirasa kurang meriah dalam acara pemilihan tersebut. “Pemilihannya kurang seru..! ga rame gitu…! Ga ada cinderamatanya…! Hehe..” tanggapan Dini Nurdiniyati, salah seorang santri yang mengikuti pemilihan. Akan tetapi dari sekian banyak kekurangan, banyak pula hal yang menjadi harapan. “Mudah-mudahan presiden yang terpilih akan menjalankan tugas pemerintahan menjadi lebih baik. Dan mudah-mudahan dia adalah pilihan terbaik sehingga tidak ada rasa ‘kaduhung’ di hati para santri yang memilihnya.” Lanjutnya. Hal tersebut senada dengan apa yang di ungkapkan salah satu santri Aspi dua “Coba lebih bagus dari kemarin jangan lupa pertanggungjawabkan visi dan misi, yah kalo bisa terus melakukan yang terbaik untuk santri, Pak Haji dan Al –Ihsan dan satu lagi, sosialisasi dengan santrinya harus kuat ” tukas mahasiswi jurusan HPI yang bermarkas di kamar Madinah ini.
Selain itu, yang menjadi harapan banyak santri dari pemerintahan OSPAI sekarang adalah mengenai Perfect Education. Mulai dari penjadwalan sampai pada kualitas mengaji para santri. “Ngalogatna..!” tambah seorang santri dengan bahasa dan logat Sunda yang khas. “Jangan sampai para Ustadz memperdulikan dan memperhatikan santri yang bisa membaca kitab saja akan tetapi santri yang lain, apalagi santri yang baru pesantren menjadi tidak mengerti bagaimana cara ‘ngalogat’ itu..” lanjutnya.“Harapan saya terhadap presiden sekarang yaitu agar lebih komunikatif, lebih baik dari presiden kemarin, bisa mengayomi, lebih aktif, dan bersikap adil.” Ujar Leni, gubernur ASPI lima ini. ”Selain itu harus bisa memajukan kinerja OSPAI, dan Presidennya jangan jutek, he...he… tapi kalau dalam keilmuan, sangat luar biasa.” Tambah Rina salah satu santri penduduk ASPI lima.
Lain pendapat santri, lain pula pendapat pimpinan pondok pesantren Al-Ihsan yang kerap dipanggil Pak Haji ini, beliau memaparkan bahwa pemilu kali ini berlangsung secara tertutup, bebas, dan rahasia. Karena begitu rahasia, sampai tidak ada seorangpun yang mengetahui, termasuk istrinya sendiri. Papar bapak dari tiga orang anak ini ketika diwawancara di rumahnya. Beliau juga berharap presiden kali ini lebih baik dari presiden sebelumnya, yaitu selain memahami ajaran Islam juga dapat merealisasikan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari juga dapat menjembatani antara pimpinan (pondok pesantren-red) dengan santri, sekalipun santri Al-Ihsan didominasi oleh mahasiswa, tetapi predikat santri akan selalu menempel pada dirinya, sehinga sudah sepantasnya tradisi kesantrian selalu dihidupkan dan lebih ditingkatkan lagi. Seperti; pengajian, berjama’ah, kebersihan, keamanan, kesejahteraan.
Sebelum mengakhiri wawancara, ia memberikan amanat “Tingkatkanlah prestasi, tradisi kesehatan dan rubahlah wajah pesantren agar kesan yang dilontarkan sebagian pihak dapat hilang, seperti: pesantren kotor, kumel, berantakan, jorok, budugan, dsb. Sehinga berganti wajah menjadi pesantren idaman yang diinginkan semua orang, beliau juga berharap seluruh santri dapat mengaji, karena bukan santri kalo tidak bisa mengaji.” Ujarnya menutup pembicaraan.
Akhirnya malam itu menjadi awal dari sejarah untuk kabinet yang mengusung tema “Intelektual Progressif” ini, Ketika ditemui Crew El-Qalam, Aab Abdul Wahab yang merupakan presiden terpilih ini memaparkan bahwa tujuan ia mengambil tema “Intelektual Progresif” ini diharapkan seluruh santri memiliki intelektual yang luas tentang keislaman itu sendiri, dengan adanya pemahaman yang luas maka munculnya keinginan untuk mengaplikasikannya bahkan membentuk karakter santri. Selain itu juga, diharapkan kabinet tersebut dapat menggerakan seluruh santri untuk senantiasa mengikuti pengajian yang telah dijadwalkan, dengan harapan semua santri bisa membaca kitab. Kemudian kabinet ini dapat difungsikan sesuai dengan Job-nya masing-masing. Sehingga dengan adanya penempatan tersebut kita bisa melaksanakan yang telah direncanakan. Jangan sampai ada program yang tidak ter-landingkan. Dan saya berharap kepada seluruh elemen-elemen untuk bekerja sama dalam membangun Al-Ihsan ini, sebab hanya dengan kerjasamalah kita bisa membangun sebuah program dalam sebuah organisasi.
“Saya ucapkan terima kasih kepada seluruh santri yang telah memberikan kepercayaan kepada saya untuk meneruskan dan memperjuangkan Al-Ihsan supaya sebih baik. Semoga saya bisa menjaga amanat yang telah dibebankan kepada saya”. Ucap pria asal Tasik ini.
Pada Selasa (18/12) seluruh jajaran pengurus pada kabinet ini resmi dilantik. Malam itu menjadi saksi ketika sumpah jabatan dibacakan oleh Pimpinan Pondok dan diucap ulang oleh para pengurus. Inilah yang menjadi tonggak awal keprofesionalan dan loyalitas seluruh pengurus dalam memberikan yang terbaik untuk pesantren. Menjalankan roda pemerintahan bagaikan seorang driver yang menjalankan mobilnya dengan start, stir, dan setor. Memulai kepengurusan dengan mengemudikan stir sebaik-baiknya agar bisa mendapatkan setoran (hasil) yang maksimal. Itulah yang menjadi harapan seluruh tatanan pondok pesantren Al-Ihsan untuk perbaikan di masa mendatang dengan khidmat dari para pengurus OSPAI pusat sampai OSPAI wilayah bahkan santri seluruhnya. Dari kita untuk kita. Mungkin, itulah kalimat yang cocok sebagai niat dan langkah awal kinerja para pengurus OSPAI.

GEBRAKAN BARU MENDIK KAGETKAN WARGA AL-IHSAN

Bandung (El-Qalam)
(26/06) Pondok Pesantren Al-ihsan yang bertempat di Jl. Cibiru hilir no.23 Cileunyi mengadakan acara penutupan pengajian intensif. Program ini merupakan salah satu program kerja Departement Pendidikan OSPAI Pusat yang kini menjadi sebuah tradisi yang tak pernah lekang di setiap tahunnya. Sebelum menginjak liburan semester, santri diwajibkan untuk mengikuti pengajian ini hingga selesai. Biasanya pengajian intensif ini di laksanakan 10-15 hari. “ Ya, tujuannya untuk memanfaatkan waktu saja, dari pada liburan di manfaatkan dengan hal-hal yang tidak bermanfaat mendingan kita isi dengan pengajian” ungkap Pak Haji, pimpinan Pondok Pesantren Al-ihsan. Pengajian intensif kali ini di mulai sejak 17 hingga 25 Juni 2010, acara penutupan ini dimeriahkan oleh Talkshow “Ada apa dengan OSPAI?”, 1800 Detik menjelajahi Al-Quran, dan nonton bareng Film “Gie”. Acara di mulai dari pukul 16.00-17.45 dan di sambung setelah magrhib hingga selesai.
Ada warna yang berbeda dalam pekan pengajian intensif kali ini, yakni santri tidak hanya di tuntut untuk mengikuti pengajian intensif secara maksimal namun di wajibkan juga untuk mengikuti ujian mata pelajaran yang telah di aji selama di Pondok Pesantren. Santri yang hanya di wajibkan mengikuti pengajian, kini di tuntut untuk menjalaskan apa yang telah ia pelajari dalam ujian tersebut. Gebrakan baru dari Aulia Ramdan, menteri pendidikan kabinet “Intelektual Progressif” ini menuai respon yang beragam. Ada beberapa santri yang senang, kaget, takut, atau bahkan mengeluh. Sebut saja Siti Masithoh atau yang akrab di sebut “Itoh”, ia mengungkapkan sedikit keberatan atas diadakannnya ujian ini,” Saya kan baru pertama mondok, masa udah di test kayak gini, membaca kitab gundul kayak gini” ungkapnya sambil mencoba memahami kitab yang akan di ujikan. Pasalnya ujian ini wajib dilaksanakan oleh seluruh santri, tanpa terkecuali. Baik yang pernah mondok sebelumnya atau belum. Tidak hanya itu, santri yang tidak bisa mengikuti ujian karena suatu halangan di wajibkan mengikuti ujian susulan layaknya ujian di kampus. Namun ada beberapa santri yang merespon positif program ini “ Ya baguslah, supaya kita tidak terlalu nyantai, jadi ada tuntutan harus bisa gitu” celetuk Zaidah, mahasiswi jurusan Bahasa dan Sastra Arab ini. Hal senada di ungkapkan pula oleh Anis, mahasiswa PAI semester 6 “ Kalo menurut saya mah bagus banget, karena jadi motivasi, walaupun awalnya jadi beban” ucapnya serius.
Tak hanya itu, Departement Pendidikan pun memberikan penghargaan kepada santri-santri yang berprestasi dari tiap kelasnya. Untuk Juara 1 hingga ke 3 dari kelas 1 diraih oleh F. Ika Ningrum, Siti Asiah, dan Ihsan. Sedangkan dari kelas 2 yakni Aep Saepullah, Neneng Muslimah, dan Alfi Al-fathoni. Dan dari kelas 3 yaitu Siti Nurjannah, Aulia Ramdan, dan Dani Suwandi. Dan Penganugerahan title santri teladan 2010 di raih oleh Sandi Nurjaman.
Usaha Departement pendidikan ini patut di acungi jempol. Bagaimana tidak, penyuguhan pendidikan kali ini di kemas dengan berbagai cara hingga mencambuk santri untuk makin giat mengikuti pengajian, sesuai dengan misi Aab AbdulWahab, presiden OSPAI 2009-2010 ketika verifikasi capres (kampanye) “Misi saya tidak macam-macam, hanya ingin menumbuhkan kesadaran santri akan pentingnya pengajian, sehingga membuat pengajian itu merupakan suatu kebutuhan bukan lagi tuntutan kewajiban” Ucapnya santai.

SEJARAH PESANTREN AL-IHSAN CIBIRU HILIR BANDUNG

Sejarah Singkat Pesantren Al-Ihsan

Hai,,,hai,,,,santriawan N santriawati Al-ihsan tercinta,,
By the way, anyway, busway dah pada tau lum sejarah berdirinya Al-Ihsan? bagaimana sejarahnya hingga dapat menjadi pesantren yang besar N populer??? Masih belum tau juga? Pokoknya buat kamu yang ngaku santri malu donk ga tau sejarahnya,,pengen tau??yuk kita simak ceritanya…Yukkk,,yakkk,,yukk,,
Kapungkur, di Cibiru Hilir terdapat seorang pria yang bernama K. H. Sulaiman Abdul Majid. Beliau itu tokoh masyarakat yang kaya lho, tapi yang lebih menakjubkan itu tidak hanya itu, pria yang memiliki seorang pendamping yang bernama “Siti Khadijah” itu baik hati dan sering membantu kaum-kaum dhuafa, akan tetapi kecintaannya terhadap ilmupun membuat sosok laki-laki yang dikenal dengan sebutan Mama Ule itu banyak menyekolahkan remaja-remaja desa Cibiru Hilir ke berbagai pesantren. Karena kecintaannya terhadap ilmu juga, sosok lelaki yang selalu menebarkan kebaikan dilingkungannya ini memiliki keinginan yang besar untuk membangun sebuah pesantren selain dengan cara menyekolahkan para remaja desa Cibiru Hilir beliau juga menikahkan anak-anaknya dengan para santri berprestasi yang berasal dari pesantren Al-Jawami, sehingga pada akhirnya niat dan kerja keras beliau menghasilkan sebuah madrasah yang kemudian di beri nama As-Shibyan yang dikelola langsung oleh Mama ule beserta ketiga menentunya K. A. Ruhiat, H. Mukhtar, H. Muhyidin dan seorang putra dari desa Cibiru Hilir
Mama ule meninggal dunia pada tahun 1995, bertepatan pada pemilu pertama yang dilakukan negara Republik Indonesia. Akhirnya pengelolaan madrasah diteruskan oleh ke tiga menantunya dan seorang putra Cibiru Hilir hingga pada 1963, K.H. O.Z. Muttaqin yang juga merupakan menantu dari putri bungsu Mama Ule, ikut bermukim dan mengembangkan madrasah Ash-Shibyan di Cibiru Hilir.
Seiring berjalannya waktu, K.H. O.Z. Muttaqin yang ternyata merupakan pilar penyangga madrasah As-shibyan bersama-sama dengan para pengelola pesantren yang lain mendapatkan kepercayaan dari masyarakat luas sehingga anak-anak dari masyarakat sekitar di masukkan ke pesantren As-shibyan, meskipun ada sedikit kekecewaan karena tempat untuk bermukim para santri belum tersedia, sampai terkadang jika para remaja sekitar ingin belajar dengan K.H. O.Z. Muttaqin, dan K.A. Ruhiat merelakan untuk kos atau bahkan tinggal di masjid di sekitar madrasah As-Shibyan agar mereka dapat belajar pada malam hari atau pun dirumah langsung bersama dengan dua orang menantu Mama Ule tersebut.
Merasa tidak nyaman dengan keadaan tersebut, dengan bekal yang kuat K.H. O.Z. Muttaqin akhirnya sosok yang dikenal sangat berwibawa dan telah dikaruniai enam orang anak tersebut bias mendirikan pesantren pada tahun 1993 dengan peletakan batu pertama oleh Bapak Camat kecamatan Cileunyi yang diberi nama Muhammad Toha.
Pembangunan pesantren berjalan dengan lancar akan tetapi tidak secepat yang diharapkan, mengingat dana yang diperlukan cukup besar. Hingga ketika K.H. O.Z. Muttaqin Wafat, H. Tantan Taqiyudin, Lc yang merupakan anak sulungnya meneruskan pembangunan dengan cara membuat proposal yang ditunjukan ke berbagai lembaga yang ada di dalam ataupun luar negeri seperti kedutaan Brunei Darussalam, Kuwait dan lain-lain dalam rangka mewujudkan cita-cita suci Mama ule yakni membangun pesantren. Harapan tidak hanya sekedar harapan, karena pada akhirnya kerja keras yang dilakukan membuahkan hasil.
Sekitar tahun 1994, H. Tantan Taqiyudin, bertemu dengan Drs. Ukman Sutaryan. Beliau pun membicarakan tentang pembangunan pesantren Muhammad Toha tersebut Hingga akhirnya Drs. Ukman Sutaryan menawarkan agar pesantren Muhammad Toha berkerja sama dengan Yayasan Al-ihsan yang ia kelola dan diganti namanya menjadi pesantren Al-Ihsan.
Setelah bekerjasama dengan Yayasan Al-ihsan akhirnya pesantren Muhammad Toha yang kini dikenal dengan pesantren Al-Ihsan dapat lancar dalam hal pembangunannya, hingga saat ini pesantren Al-Ihsan berkembang dengan sangat pesat dengan delapan asrama baik putra maupun putri.
Semakin berkembangnya pesantren Al-Ihsan tidak menyebabkan pendidikan di dalamnya memudar akan tetapi pengajian rutinitas santri tetap dilaksanakan dalam upaya membentuk santri yang intelektual.